Pengembangan Bandara Hang Nadim Berpotensi Majukan BBK dan Kepri

(Photo Credit: Batam Pos)

Pengembangan Bandara Hang Nadim telah resmi dengan ditandatanganinya Perjanjian Kerja Sama Pengelolaan antara Badan Pengusahaan (BP) Batam dengan PT Bandara Internasional Batam sebagai Badan Usaha Pelaksana (BUP). BUP tersebut dibentuk oleh Konsorsium PT Angkasa Pura I – Incheon Internatioinal Airport Corporation (IIAC) – PT Wijaya Karya Tbk (Persero) (WIKA). Konsorsium ini merupakan pemenang lelang pengadaan BUP proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Bandara Hang Nadim dan memiliki masa pengelolaan 25 tahun.

Pembangunan Fisik Dimulai Juni 2022

Keterangan dari Kepala Biro Humas, Promosi, dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait pada Batam Pos (11/04/2022), sesuai jadwal peletakan batu pertama proyek revitalisasi terminal 1 dan pengembangan terminal 2 akan dimulai bulan Juni 2022 nanti.

Tanggung jawab BP Batam, menurut Kasubdit Pembangunan Kepelabuhanan dan Bandara BP Batam Boy Zasmita, adalah membangun overlay landasan pacu bandara dan terminal kargo, di mana pembangunan overlay landasan tersebut melibatkan penebalan landasan agar pesawat dengan ukuran lebih besar dapat mendarat di Bandara Hang Nadim. Dengan anggaran lebih dari 100 miliar, menurut Boy, pembangunan ini bertujuan agar Hang Nadim lebih bagus dan lebih internasional.

Sementara itu, papar Boy, progress pembangunan terminal kargo diperkirakan telah mencapai 90 persen, dan dijadwalkan selesai pada bulan Agustus. Terminal kargo Bandara Hang Nadim akan memiliki jalur baru yang ujungnya akan menuju pada gedung baru. Pada lokasi gedung lama Terminal Kargo nantinya akan menjadi terminal penumpang kedua, dan akan dibangun oleh konsorsium.

Dalam perjanjian, manajemen operasional dan komersial secara umum menjadi tanggung jawab Angkasa Pura I, pemasaran dan strategi pengambangan bandara secara umum menjadi tanggung jawab Incheon, dan manajemen infrastruktur bandara dilakukan oleh WIKA.

Hub Bagian Barat Indonesia dan Majunya Kawasan BBK

Keterangan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, sebagaimana dilansir Kontan (22/12/2021), proyek pengembangan Bandara Hang Nadim ini dapat menunjang pengembangan kawasan BBK serta kawasan regional Indonesia bagian barat. Lebih jauh lagi, giat pengembangan ini juga dapat menghubungkan Batam dengan pasar global seperti Korea, Jepang, Cina, bahkan Amerika Serikat.  

Lebih riilnya, Airlangga menjelaskan bahwa dengan masa perjanjian 25 tahun, KPBU ini bernilai 6,9 triliun rupiah dan berpotensi berkontribusi pada BP Batam senilai Rp 24,58 triliun. Proyek ini juga berpotensi meningkatkan pelayanan kebandarudaraan, dengan target 2x lipat pelayanan penumpang dan 1,5 kali lipat pelayanan kargo, yang dihitung berbanding dengan pelayanan sebelum pandemi yakni tahun 2019, sebagaimana lansiran Tribun News (22/12/2021). 

Senada dengan itu, Kepala BP Batam Muhammad Rudi menyampaikan bahwa multiplier effect diharapkan terjadi dari pengembangan Bandara HN di sektor-sektor lain dan menjadikan Batam lebih bersaing di dunia internasional serta mengakselerasi pemulihan ekonomi Batam dan Indonesia. Efek tersebut, sebagaimana dikutip Bisnis.com (21/12/2021), diproyeksikan berupa kunjungan wisatawan mancanegara ke Batam yang meningkat, terbukanya rute-rute baru internasional, lebih efisien pengelolaan pergerakan barang dan penumpang, transfer knowledge dari IIAC, melesatnya pertumbuhan perindustrian, membuka lapangan kerja lebih luas, serta menggerakkan ekonomi Batam dan Kepri. 

Proyeksi Dampak Pada Industri Properti

Dampak baik pengembangan Bandara HN juga diproyeksikan terjadi secara khusus di bidang properti. Faik Fahmi, Direktur PT Angkasa Pura I (Persero), yang juga Wakil Kepala Badan Pengembangan Kawasan Properti Terpadu (BPKPT) Kadin Indonesia bidang Kawasan Transit Oriented Development, Airport City, dan Harbour City menjelaskan, bahwa sebagai kawasan yang digadang menjadi hub logistik dan penumpang internasional wilayah barat Indonesia, pengembangan Bandara HN menjadi aerocity akan melibatkan pengembangan ekosistem bisnis berbasis bandara. Hal ini, lanjutnya sebagaimana dilansir iProperti (31/03/2022), merupakan peluang kerja sama baik dengan Kadin Indonesia maupun REI (Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia). 

Bagikan: