(Kapal MV SITC Hakata yang dioperasikan oleh Shandong International Transport Corporation (SITC) China berlabuh di Pelabuhan Batu Ampar (31/3/2024)
Mulai akhir Maret 2024 lalu, pelayaran peti kemas rute Batam-China atau sebaliknya telah dapat dilakukan langsung tanpa transit. Kegiatan pelabuhan pelayaran perdana langsung tersebut terjadi pada 31 Maret 2024 dengan Kapal MV SITC Hakata yang dioperasikan oleh Shandong International Transport Corporation (SITC) China di Pelabuhan Batu Ampar. Dengan pelayaran direct ini, perusahaan menghemat biaya logistik sebesar 600 USD.
Langkah strategis ini merupakan pencapaian lanjutan BP Batam pimpinan Muhammad Rudi setelah pada tahun 2023 mendatangkan Ship-To-Shore (STS) Crane yang melejitkan kapasitas bongkar muat, dari 4-8 box kontainer per jam, menjadi hingga 35 box kontainer per jam. Tidak hanya itu, melalui kerja sama dengan PT Persero Batam, sistem pengoperasian Pelabuhan Batu Ampar sebagai port terbesar di Batam juga diubah menjadi digital dengan Batam Terminal Operating System (BTOS).
Kepala BP Batam Muhammad Rudi menjelaskan, setelah mengupayakan pelayaran langsung ini selama 4 tahun terakhir, langkah selanjutnya adalah untuk mengkomunikasikan pada berbagai perusahaan untuk menarik mereka menggunakan jasa ini. Rudi juga menjelaskan bahwa BP Batam telah berencana menambah fasilitas STS Crane sebanyak 5 unit dan 12 RTG Crane, sebagai penguatan kapasitas saat ini dengan 1 (satu) unit STS Crane dan 2 (dua) unit Harbour Mobile Crane (HMC). Lebih jauh lagi, pengembangan container yard akan dilakukan atas pelabuhan Batu Ampar seluas 12 hektar, dengan harapan untuk dapat mencapai kapasitas 2 juta TEUs per tahun.

Bersuka cita atas pencapaian memulai direct call Batam-China ini, Rudi berharap bahwa pelayaran ini merupakan awal mula akses direct call ke negara lain.
“Bukan berapa jumlah kapal ke China hari ini, tapi tugas kita bagaimana kita mempersiapkan barang untuk diberangkatkan ke sana dan daerah lainnya. Kalau barang semakin banyak, maka semakin banyak linenya ke daerah lain,” kata Rudi.
Rudi menjelaskan, pembukaan jalur direct call ini merupakan arahan khusus Presiden Joko Widodo kepadanya.
“Jangan sampai ini menjadi yang terakhir, tapi harus ada kelanjutannya. Saya juga titip agar di pelabuhan ini menggunakan sistem terpadu, agar biaya logistik terus berkurang,” tambahnya.
“Kalau barang sudah ada, pelayarannya juga sudah ada, ditambah dengan pelayanan yang tidak berbelit, maka orang akan melihat Batam sebagai tempat pengiriman barang. Maka target 2 juta TEuS per tahun, ini akan bisa dicapai,” pungkas Rudi.